Cerita Mistis Makhluk Halus Belanja di Pasar Malam Kliwonan Batang

BacariaNews

Bacaria.id, Batang – Tradisi Kliwonan atau hari Jum,at Kliwon merupakan masyarakat kabupaten Batang berjualan segala macam kebutuhan hidup dari mulai makanan, sembakao,pakaian, peralatan rumah tangga dan masih banyak macam lainnya.

Jum,at Kliwon adalah rangkap penanggalan hari masyakarat Jawa Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah, dimana Jum,at Kliwon merupakan hari yang dianggap sakral bagi sebagian masyarakat Jawa.

Bagi warga kabupaten Batang khususnya, hari Jumat Kliwon sangat sangat di nanti kedatangannya karena di alun – alun ada pasar yang di gelar oleh ratusan pedagang sampai malam hari.

Sejarah tradisi Kliwonan adalah saksi alam yang mana menurut sebagian warga setempat, jika tidak di laksanakan akan menyebabkan kemurkaan nenek moyang menjadi murka.

Seorang warga setempat bernama Kunto (50) menceritakan jika sebuah pohon beringin yang terdapat di alun -alun kota Batang, dulu pernah meledak, Kemudian masyarakat sekitar menghampiri sumber suara ledakan yang terdengar seperti petasan atau mercon, tetapi di tempat tersebut tidak ditemukan bekas kertas berserakan atau sisa-sisa ledakan petasan.

“Akhirnya masyarakat mempercayai hal tersebut sebagai kemarahan makhluk halus penunggu pohon beringin tersebutt,” tutur kunto, pada Jum’at (1/9/2023).

Peristiwa tersebut terjadi setelah tradisi kliwonan atau pasar malam pernah tidak dilaksanakan, juga pernah ada rencana dari Pemerintah setempat akan memindahkan lokasi penyelenggaraan tradisi kliwonan ke lapangan Dracik, Kelurahan Proyonanggan selatan, Kecamatan Batang, dengan maksud dapat menghindari kemacetan.

Akan tetapi rencana relokasi tersebut di anggap memberatkan para pedagang yang ber Jualan di pasar kliwonan, karena dirasa terlalu jauh dari jalan raya apalagi para pedagang yang berjualan di Kliwonan, karena di anggap terlalu jauh sampai sekarang Kliwonan masih dilakukan di alun-alun Batang.

“Oleh masyarakat setempat di percaya bahwa leluhur dan juga pohon beringin tidak setuju jika lokasi Kliwonan di pindah apalagi di tiadakan,” kata Hasan seorang penjual pakaian di pasar malam Kliwonan.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, “Namun ada atau tidaknya kepercayaan mitos tersebut tidak merugikan merugikan masyarakat maupun pemerintah setempat, karena Kliwonan tetap berjalan tertib dan lancar,” tutupnya .

Mitos lainnya pada acara Kliwonan adalah tentang keberadaan makhluk halus yang ikut meramaikan tradisi Kliwonan, dalam hal ini juga tidak ada penjelasan secara khusus, karena hal ini menyangkut di luar nalar manusia.

Edi (56) Seorang driver yang biasa melintasi jalur lama Semarang – Pemalang mengatatakan “Konon makhluk halus beramai-ramai datang ke Kliwonan dengan menjelma seperti manusia bias, ada pengakuan dari beberapa masyarakat yang membenarkan cerita keberadaan makhluk halus tersebut,” kata Edi.

“Akan tetapi mereka para makhluk halus tidak mengganggu jalannya tradisi Kliwonan, terbukti dengan adanya tradisi tersebut, tetap berjalan dengan lancar dan tanpa ada kendala yang dirasakan,” pungkasnya.

Warga masyarakat kabupaten Batang melakukan tradisi Kliwonan, untuk mengenang pendahulu mereka yaitu Bahurekso, yang telah membabad atau membuka daerah Batang.

Salah satu alasan mengapa dilaksanakanya tradisi ini pada hari jumat Kliwon, karena pada hari tersebut Bahurekso bertapa untuk mendapatkan kekuatan.

Sehingga di percaya oleh para keturunannya, jika pada hari itu merupakan hari yang keramat, Selain untuk mengenang jasa leluhur mereka, tradisi Kliwonan juga di gunakan untuk sarana ngalap berkah (mencari berkah).

Diantaranya mencari jodoh, sarana pengobatan, mencari keuntungan dalam berjualan dan sebagainya, Jadi yang di maksud dengan ngalap ini, berkah dalam tradisi Kliwonan itu meliputi ritual sebagai sarana pengobatan tradisional (guling-guling,mandi, membuang pakaian), berdagang untuk mencari berkah, berkah dari makan jajanan Gemblong dan Klepon, mencari jodoh dan lain-lain.

Seiring dengan perkembangan jaman tradisi Kliwonan ini pun mulai berkembang dan kemudian suasananya mulai seperti pasar malam. Kini maksud dan tujuan melaksanakan tradisi Kliwonan pun mulai bertambah yaitu ingin mencari rezeki bagi para pedagang di tengah keramaian dan para pengunjung yang sekedar berjalan-jalan untuk mencari kesenangan di tengah keramaian kota atau membeli barang yang ingin di beli di pasar malam tradisi Kliwonan.

Masih ada sebagian masyarakat pendukung tradisi yang melakukan ritual penyembuhan penyakit bagi anak kecil dan beberapa muda-mudi yang sedang mencari jodoh yaitu dengan cara mencari kenalan dengan sesama pengunjung yang masih muda.

Jadi dalam tradisi Kliwonan ini masyarakat pada umumnya hanya ingin mencari hiburan atau memang sengaja ingin membeli barang yang di inginkan serta kepercayaan para pedagang terhadap berkah berdagang di pasar malam Kliwonan.

Tidak terdapat Sumber dan data secara pasti,kapan pertama kali tradisi Kliwonan ini di laksanakan berkembang sesuai dengan perubahan sosial budaya dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat.

Sementara itu, Rabadi (62) Seorang pemerhati sejarah yang juga merupakan anggota DPRD Pemalang mengatakan, ratusan tahun yang lalu daerah kekuasaan Pamalang (Pemalang) terbentang dari daerah Kecamatan Losari Brebes sampai ke kecamatan Tugu sekarang kota Semarang,

“Jadi Kabupaten Batang dahulu termasuk ikut Pemalang, yang mana tentunya ada beberapa kemiripan termasuk adat istiadat dan budayanya, termasuk masalah legenda cerita rakyat pun hampir sama,” kata Rabadi ketika di hubungi lewat sambungan teleponnya pada Sabtu (2/9/2023).

“Konon ceritanya makhluk halus yang ikut meramaikan pasar kliwonan di batang, juga di pesisir utara pantai Pekalongan dan Pemalang juga ada, itu legenda mas jadi penggalian sejarahnya tidak ada,” terangnya.