Bacaria.id, Pemalang – Dari zaman dahulu Kabupaten Pemalang dikenal sebagai daerah lahan Pertanian yang subur, testur tanah gembur, tidak banyak kandungan bebatuan yang ada di dalamnya, terutama di bagian pesisir utara kota yang dikenal dengan sebutan ” Pusere Jawa ” ini, menjadikan lahan pertanian subur terbentang luas di daerah tersebut.
Juga sistem pengairan yang ada, menjadikan banyak saluran- saluran air untuk lahan pertanian dan banyak terdapat terutama di Daerah Pemalang kota.
Kampung Mengoneng, di kelurahan Bojongbata, Kecamatan Pemalang kota menjadi salah satu contohnya, banyak saluran air melintasi kampung tua yang sudah ada sejak ratusan tahun silam , dimana menurut sejarah kampung atau dusun Mengoneng merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Pemalang pada jaman dulu.
Nama Mengoneng sendiri di ambil dari nama Adipati Maoneng yaitu Seorang Penguasa yang pernah memerintah di Kabupaten Pemalang.
Ada hal menarik yang ada di kampung Mengoneng ini. Di samping ada tempat cagar budaya di tempat ini Kampung yang di Kelilingi oleh saluran air tersebut, sekarang mulai terlihat bak Kampung seribu Jembatan Penamaan kata seribu sudah lazim digunakan orang buat penyebutan suatu tempat atau bangunan, juga hewan, padahal Jumlahnya tidak sesuai dengan apa yang di sebut yaitu seribu. Ada gedung lawang sewu (seribu) di Kota Semarang, padahal pintu dari gedung itu jumlah tidak seribu, Hewan berkaki seribu dan juga kakinya tidak berjumlah seribu beneran atau judul lagu ” sewu kuto “dari penyanyi terkenal almarhum didi kempot.
Dengan bertambahnya Pemukiman warga yang mendiami di sepanjang saluran air di Kampung Mengomeng. Maka hampir setiap rumah yang ada, membangun jembatan di depan rumahnya, sebagai akses masuk tiap tiap rumah warga yang membangun rumah persis di pinggiran atau depan saluran air yang mengalir, mengelilingi kampung yang terletak di kelurahan Bojong Bata, Kecamatan Pemalang Kota.
Menurut Tasripin (65) seorang warga asli kelahiran dan menghabiskan hari tuanya di Kampung mengoneng, Dulu pada sekitar tahun 60 an ada 4 saluran air yang membelah kampung, rata – rata dari 4 saluran lebarnya antara 3 sampai 4 meter. Ini bisa di buktikan dengan masih berfungsinya Pintu air sebagai pembagi debit air buat mengaliri lahan persawahan warga.
“Sekarang tinggal dua, saluran airnya karena di tutup buat jalan mas,” kata Tasripin ketika ditemui pada Selasa (17/10/2023).
Menurut salah seorang Warga mengoneng Tihor (40), Dirinya membangun jembatan didepan rumahnya, yang juga digunakan sebagai tempat usaha karena tetangganya juga membangun jembatan di depan rumah mereka.
“Untuk ijinnya dari kantor Pengairan,” katanya singkat.
Padatnya penduduk di daerah perkotaan menjadikan pembangunan rumah terus bertambah dan sarana Jalan serta jembatan di Kampung Tua Mengoneng juga tidak dapat di hindari, menjadikan setiap rumah disini membangun jembatan didepan rumahnya.
Kampung yang dikelilingi dengan saluran air ini semakin padat hunian rumah warga dan juga pembangunan jembatannya baik jembatan dari kayu ataupun cor – coran beton menjadikan Kampung Mengoneng terlihat bak kampung seribu jembatan, Disamping sebagai kampung sejarah di Kota Pemalang.