Petungkriyono “Surga” yang Tersembunyi di Kabupaten Pekalongan

Bacaria.id, Pekalongan – Petungkriyono bagai surga yang tersembunyi di ujung selatan kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Pesona alam yang tersirat kala jiwa yang mantap memasuki sang negeri di atas awan, Selasa (10/10/2023).

Secara geografis, Petungkriyono terletak di selatan Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan , yang berbatasan langsung dengan daerah Pegunungan Dieng.

Dari segi administratif, status Petungkriyono sebagai hutan lindung dibawah pengelolaan KPH Pekalongan Timur yang bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Pertanian serta pemerintah Kabupaten Pekalongan.

Terdapat 10 desa yang ada di dalam kecamatan Petungkriyono yaitu, Desa Curug Muncar, Gumelem, Kasimpar, Kayupuring, Simego, Songgodadi, Tlogohendro,Tlogopakis dan Desa Yosorejo.

Di Petungkriyono terdapat dua gunung yang dapat dinaiki oleh wisatawan, yaitu Gunung Kendalisodo dan Gunung Ragajembangan.

Kekayaan alam yang terkandung di dalam hutan Petungkriyono menyimpan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar yang tinggal di dalamnya, memanfaatkan sumber daya dan potensi alam dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat berupa madu klanceng, getah pinus dan kopi yang terkenal, Potensi Petungkriyono sebagai hutan lindung menyimpan keanekaragaman yang tinggi. Beberapa jenis primata khas Petung yang sering ditemui antara lain yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), rekrekan (Presbytis fredericae), dan lutung (Trachypitecus auratus). Avifauna seperti julang mas (Aceros undulates), elang jawa (Nisaetus bartelsi), elang bido (Spilornis cheela) dan jenis-jenis kecil lainnya juga kerap dijumpai di langit Petungkriyono.

Di terestrial dan sekitar sungai kerap dijumpai satwa kelas reptil dan amfibi berupa cicak batu (Cyrtodactylus marmoratus), bunglon jawa (Bronchocela jubata), kadal terbang(Draco volans), kadal eutropis (Eutropis sp.), ular weling (Bungarus candidus), sanca kembang (Python reticulatus), forest dragon (Hypsilurus boydii), katak tegalan (Fejervarya limnocharis) dan jenis lainnya.

Petungkriyono juga memiliki potensi wisata yang tidak bisa dinomerduakan. Destinasi andalan untuk disuguhkan kepada wisatawan didominasi oleh wisata air.. Banyaknya curug yang mengalir dari tebing-tebing menuju aliran air sungai.

Curug atau yang biasa kita kenal dengan air terjun terbilang cukup banyak ditemukan di daerah Hutan Lindung Petungkriyono. Beberapa curug yang terkenal sebagai tempat wisata antara lain Curug Bajing, Curug Lawe, Curug Muncar, Curug Sibedug, dan Curug Pandang.

Petungkriyono dialiri oleh daerah aliran sungai (DAS) Welo yang termasuk pada bagian DAS Sengkarang. Pemanfaatan Sungai Welo di Petungkriyono sendiri cukup tinggi. Berbagai macam wahana wisata air yang didirikan oleh masyarakat di sepanjang aliran Sungai Welo seperti yang terdapat wisata Tubing sepanjang maksimal 1 km.

Sebagai contoh masyarakat Desa Kayupuring telah berhasil memanfaatkan potensi sungai Welo menjadi River Tubing, yaitu wahana wisata air yang masih alami.

Selain dimanfaatkan sebagai wahana wisata, DAS Sengkarang di Petungkriyono juga dijadikan sumber penghidupan bagi masyarakat, baik dari segi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, MCK hingga sumber air untuk konsumsi dimanfaatkan oleh masyarakat.

Fungsi air sebagai penyangga kehidupan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat saja tetapi juga secara tidak langsung oleh ekosistem Hutan.

Petungkriyono sendiri, Selain untuk kebutuhan sehari-hari, sumber daya air ini juga berpotensi untuk kebutuhan masyarakat yang desa atau dusunnya belum teraliri listrik.

Di daerah anak aliran Sungai Sengkarang, yaitu Sungai Welo, dimanfaatkan juga oleh warga Dusun Tinalum dan Dusun Sokokembang untuk pembagkit listrik tenaga air.

Selain dari segi pariwisata, Petungkriyono juga terkenal akan produksi kopinya. Kopi asli Petungkriyono biasa disebut Kopi Owa.

Kopi owa bukan kopi yang dihasilkan dari cernaan perut owa seperti kopi luwak, tetapi merupakan kopi yang dihasilkan dari habitat alami owa. Produk kopi owa yang biasa disediakan yaitu kopi robusta dan kopi arabica. Selain dua kopi tersebut, kopi owa juga menyediakan produk kopi luwak.

Awal mula terbentuknya kopi owa berasal dari seorang warga Dusun Sokokembang yang terkenal sebagai aktivis lingkungan bernama Tasuri. Proses pengolahan kopi owa dari awal sampai akhir seluruhnya dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan.

Mulai dari pemetikan buah, penggilingan, hingga pengemasan dan pemasaran produk semuanya dikerjakan oleh warga. Tidak hanya Owa Jawa saja yang diharapkan hidupnya akan terjaga karena kopi owa, melainkan seluruh isi hutan diharapkan juga akan lestari di masa mendatang. Dengan kata lain banyak aksi konservasi yang nyata telah dilakukan berkat adanya produk kopi owa.