Bacaria.id, Tapteng – Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah, khususnya petani karet, akhir-akhir ini mengeluhkan adanya cuaca tidak menentu karena peralihan musim.
Seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Pinangsori dan Badiri, hujan yang sering mengguyur daerah tersebut, sejak beberapa hari terakhir dikeluhkan para petani karet, karena membuat hasil produksi getah mengalami penurunan.
Belum lagi dihadapkan dengan harga karet di kisaran Rp 8 sampai Rp 9 ribu untuk getah basah dan Rp 10 ribu untuk getah kering.
Aktivitas penyadapan karet yang saat ini sangat bergantung dengan cuaca. Jika cuaca hujan seperti saat ini, getah karet tidak dapat diambil dan berkualitas buruk lantaran bercampur dengan air.
“Kalau hujan trus kuat mau Menderes (Menyadat) pun gak bisa. Kalau cuaca Panas biasa getah cepat kerasnya, ini mana bisa, karena sering hujan,” kata Anima warga Desa Togabasir, pada Sabtu (21/10/2023).
Jika intensitas curah hujan terus menerus berlangsung hingga lama. Katanya, selaku petani karet ia mengaku akan merugi dan bahkan terancam kelaparan jika kondisi terus berlangsung dan tidak menentu dan kualitas dan produksi karet menurun.
“Kalau trus hujan bisa bisa kita kelaparan di gunung sana, tak bisa beli beras.Tau sendiri lah harga beras sekarang,” tuturnya.
Hal senada di sampaikan Josua Simanungkalit (42) warga lain mengakui kalau hujan terus menerus bisa mati total dan getah pun berkurang karena air meresap pada pohon karet.
“Jadi berkurang getahnya kalau hujan terus, dan pohon karet juga bisa mati kalau habis di deres batangnya pada saat musim hujan,” katanya.
Ia menambahkan, kalau hujan lebat yang menjadi kendala hasil sadapan karet, jadi sia-sia saja karena getah yang keluar itu menyebar, tidak sesuai jalur potongan karet, dan karetnya pun terendam air, karena itu untuk hasil produksi berkurang di musim hujan.
“Selain licin, batang pohon karet juga akan banyak yang busuk di musim hujan ini,” tambahnya.