Bacaria.id, Pemalang – Angklung merupakan musik tradisional yang terbuat dari bambu, dimana nilai pelestarianya jelas harus kita pertahankan karena seperangkat alat musik ini asli milik negeri kita Indonesia.
Akan tetapi adakala produk Kesenian negeri sendiri justru kurang diminati oleh warga masyarakat, mereka lebih memilih menikmati musik milenial kekenian dari negeri seberang.
Seperti yang dialami oleh salah satu group kesenian tradisional Angklung Sandya Wulong, sebuah komunitas pelestari musik budaya Indonesia yang bermarkas di Dusun Rimpak, Desa Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawatengah ini, semenjak berdiri pada 17 Agustus 2020 mengalami pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya.
Menurut Benga (35) Meneger group Angklung Sandya Wulong menuturkan kepada awak media pada Minggu (6/8/2023), jika pagelaran musik angkutan sendiri tergantung pada pemasaran yang sering diposting di media sosial, seperti Facebook, YouTube, Instagram dan Twitter.
“Alhamdulillah Sandya Wulong pernah main di beberapa tempat seperti Kecamatan Comal, Kabupaten Pekalongan dan beberapa desa lainnya,” ujar Benga.
“Untuk melestarikan Angklung sendiri, dengan cara sedikit modern kedepannya bahkan sampai banyak orang yang ingin dan bahkan suka dengan angklung sendiri, sekarang juga banyak angklung dikolaborasikan dengan beberapa Genre musik lainnya, bahkan dengan alat musik lainnya,” jelasnya.
Prospek angklung masih menurut Benga Meneger Sandya Wulong kedepanya baik, yang penting kita bisa dan mengeluarkan ide-ide kreatif.
Ketika ditanya tentang perhatian pemerintah daerah dalam hal Perhatian kepada para pelestari kesenian daerah, Benga mengatatakan masih kurang perhatian dari pemerintah sendiri.
“Kalau ditempat saya seringnya kuda lumping, jadi angklung kurang dilirik,” keluhnya.