Bacaria.id, Tapteng – Anggaran untuk bantuan bedah rumah yang di prakarsai oleh Dr Sugeng Riyanta, Pj. Bupati Tapteng di sebut-sebut hasil dari pungli.
Hal ini sempat beredar disalah satu media online yang menyatakan Pengurus DPC P-APDESI Tapteng EP melakukan pungli kepada sejumlah Kepala Desa yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Pengurus P-ABDESI Tapteng di tuding meminta sejumlah uang kepada kepala desa dengan dalih sebagai sumbangan. Dengan modus sudah mendapatkan izin dari Pj Bupati Tapteng, Sugeng Riyanta dan Kepala Dinas PMD Tapteng, Henry Haluka Sitinjak untuk pembangunan Bedah Rumah.
Menanggapi rumor tersebut Pj. Bupati Tapteng usai memberikan bantuan rumah tidak layak huni (RTLH) di Desa Tapian Nauli, Kecamatan Tapian Nauli, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mengatakan, dirinya tak tanggapi hal itu.
“Pungli itu adalah unsurnya paksaan pasti kegunaan untuk sifatnya pribadi. Ini kita himbau saya mengirim proposal, pungli gak mungkin pakai proposal. Saya kirim proposal dan kepala desa kita himbau dan mereka semua siap untuk bantu dan kemudian duitnya ada di rekening bisa di audit,” sambung Pj Bupati Sugeng yang juga menjabat sebagai Wakajati Jawa Tengah tersebut.
Sugeng menyatakan bahwa dirinya juga heran ada isu berkembang seperti itu, sedangkan dirinya saja menyumbang.
“Gimana mau pungli saya saja keluar duit,” ujarnya.
Dr.Sugeng juga kembali mempertanyakan kepada orang yang menuding pungli tersebut, apakah ikut andil menyumbang.
“Kalau orang itu nuduh orang lain pungli jangan jangan orang yang nuduh itu sudah biasa dulunya? dalihnya ngumpul ngumpulkan sumbangan dari orang padahal untuk diri sendiri,” jelas Pj Bupati Tapteng.
Pj Bupati juga menambahkan, dirinya tak akan urusi hal yang tidak ada manfaatnya karena menurut dirinya hilang waktu untuk berbuat baik kepada masyarakat.
“Saya juga tidak butuh penilaian dari masyarakat, saya juga tidak butuh apa-apa, saya mau dicalonkan bupati saja saya tidak mau, jadi ini betul-betul dedikasih teman teman kepala desa saja,” ujar Sugeng.
Dengan tegas, Dr Sugeng Riyanta ingin membuktikan bahwa kepala desa selama ini di tuding tukang korupsi, dan menyalahgunakan yang lain,
“Sekarang nyatanya kan gak ada, mereka tetap solid kok , dan membantu masyarakat dengan baik, semua tergantung bagaimana cara mengelolanya,” tutup Dr. Sugeng Riyanta.