Bacaria.id, Pemalang – Wong kaso atau suku kaso yang menempati di daerah Desa sarwodadi, kecamatan comal, Kabupaten Pemalang, Jawatengah. Dikenal oleh sebagian masyarakat kota berjuluk pusere jawa ini memiliki pribadi yang unik, dengan kebiasaan bicara apa adanya, dekat dengan alam serta kuat dalam memegang tradisi budayanya.
Ada juga sebagaian masyarakat menganggap jika wong kaso dikenal sebagai Suku Saminnya kabupaten Pemalang. Budaya atau karakter wong kaso dengan masuknya budaya modern, semakin lama semakin terkikis.
Ada satu cerita yang sangat terkenal oleh masyarakat Kabupaten Pemalang, tentang wong kaso, yaitu jika anda meminjam cangkul kepada orang kaso, maka orang kaso akan meminjamkan cangkulnya dengan mencopot terlebih dahulu doran (kayu pegangan cangkul) kepada anda, karena saking lugunya, harusnya orang yang mau pinjam cangkul kepada suku kaso, di jelaskan pinjam cangkul sama kayu pegangannya.
Saat ini satu-satunya budaya tradisional yang masih di pertahankan oleh Masyarakat kaso adalah Boneka Brendung. Sebuah Boneka yang terbuat dari tempurung kelapa, dan penuh mengandung magis, pasalnya Brendung bisa terbang sendiri, dan sangat berat ketika di pegangi empat atau enam orang masih terasa.
Prakoso (45) salah seorang perangkat desa sekaligus sebagai Ketua Paguyuban Seni Brendung Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal mengatatakan, Kesenian Brendung ini biasanya diadakan sebagai sarana penolak bencana dan mendatangkan hujan di saat Kemarau panjang melanda.
“Kesenian Brendung sendiri merupakan kesenian dalam bentuk Boneka yang terbuat dari tempurung kelapa untuk bagian kepala boneka, sedangkan tubuh’ boneka terbuat dari bambu, boneka di rias sedemikian rupa , termasuk di kasih baju, sehingga menyerupai wanita cantik, lalu di tancapkan pada alas tampah atau penampi, menurut si pembuat brendung boneka cantik tersebut di ibaratkan Bidadari atau menurut istilah setempat di sebut dengan Brendung,” ucapnya, Jumat (4/8/2023).
Dalam permainan Brendung 4 atau 6 wanita di perbantukan sebagai pelantun ( penyanyi) sedangkan untuk yang memimpin nya di sebut sebagai Mlandang. Tugas mlandang memainkan boneka bidadari (Brendung), sekaligus sebagai pemeran utama dalam pementasan lakon brendung tersebut. Sedangkan ada 4 orang lagi yang tugasnya memegang tali dari 4 sisi supaya boneka bidadari atau brendung tidak lepas terbang .
“Jika boneka yang disebut sebagai Mbok Brendung tersebut sudah bergerak menari – manari, keempat tali yang ada di pegang terasa sangat berat sekali, ini artinya boneka brendung sudah berhasil di masuki roh halus, karena memang permainan boneka brendung sarat dengan magis, karena menyertakan roh halus yang di mainkan atau di undang oleh mlandang si pemimpin tari tersebut,” jelasnya.
Menurut Prakoso pemimpin seni budaya Brendung Desa Sarwodadi, apabila pemimpin tari yang bernama Mlandang telah berhasil mengundang dan memasukan roh halus ke tubuh brendung, maka brendung akan menari – nari seperti berontak mau lepas terbang, baru permainan brendung akan seru banyak di tonton warga.
Ditempat terpisah, Nurhayati (55) seorang Warga Penusupan, Kecamatan Randudongkal ketika ditemui mengatakan saat saya kecil brendung sering di pakai buat sarana mendatangkan hujan, biasanya di taruh di kuburan saat mau maghrib dan besoknya di ambil menjelang maghrib juga, dua atau tiga hari biasanya benar-benar turun hujan.
Pemerhati sejarah dan Budaya Kabupaten Pemalang Rabadi (67) mengatakan, Kabupaten Pemalang masih banyak menyimpan dunia magis baik benda pusaka dan budayanya, yang harus dipertahankan sebagai sarana warisan budaya kepada anak cucu kita kelak.