Daya Beli di Pasar Tarutung Menurun, Pedagang Terancam Bangkrut

BacariaNews

Bacaria.id, Taput – Pasar tradisional di Pekan Tarutung, Ibukota Tapanuli Utara (Taput), sepi. Para pedagang terlihat sangat santai, sebab tidak ramai pembeli yang dilayani. Aktivitas di Pekan Tarutung sudah tradisi, yakni hari Rabu dan Sabtu.

Pada umumnya hari Sabtu, pekan itu lebih ramai. Sebab, masyarakat akan turun gunung dari Desa dan Dusun dari penjuru Kecamatan Tarutung, pun dari Desa dan Dusun Kecamatan tetangga. Kemudian, suasana bertambah ramai, karena pedagang yang berniaga dan berbaur di pekan itu, ada pedagang dari Kabupaten tetangga, misalnya pedagang dari Balige Kabupaten Toba dan Kabupaten lainnya, tentunya, embrio Kabupaten Tapanuli Utara.

Salah seorang pedagang bahan pokok di Pekan Tarutung Boru Simanjuntak menuturkan, minat beli masyarakat beberapa minggu terakhir ini daerah itu sudah mulai berkurang.

“Beberapa minggu terakhir, minat beli masyarakat berkurang. Bapak lihat saja kondisi pekan ini sepi. Kondisi ini, tidak menutup kemungkinan pedagang gulung tikar,” ungkap Boru Simanjuntak pada Bacaria.id, di Pekan Tarutung, Sabtu (26/8/2023).

Akibat menurunnya daya beli masyarakat dalam beberapa pekan terakhir, membuat para pedagang merugi. Bahkan, usaha yang telah mereka jalankan sejak bertahun-tahun itu terancam bangkrut.

Kondisi serupa dirasakan Pedagang kelontong R Hutabarat mengaku omzet penjualannya semakin menurun akibat rendahnya daya beli masyarakat. Biasanya tiap hari sabtu barang dagangannya bisa laku mencapai Rp 7 juta hingga 8 juta, namun beberapa pekan terakhir turun drastis.

Menurutnya, penurunan omzet ini terasa dari kurun dua bulan terakhir tahun ini. Dampak dari turunnya omzetnya ini, dia terpaksa memberhentikan karyawan mengingat pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran termasuk honor karyawan.

Lesunya daya beli bukan saja berpengaruh bagi pedagang kelontong dan bahan pokok, tetapi juga berimbas pedagang sayur dan pedagang lainnya. Umumnya mereka mengeluhkan kondisi pasar yang semakin sepi pembeli.

“Sayur yang kami jual kadang-kadang terpaksa harus dibawa pulang karena banyak yang tidak terjual. Terkadang yang tersisa ditinggal, sebab menambah pengeluaran, yakni ongkos barang. Sehingga kami rugi, jangankan mendapat laba, balik modal saja tidak tercapai,” ungkap Op Ros Siahaan, pedagang sayur di Pekan Tarutung.

Dia berharap bulan depan tidak terjadi seperti sekarang ini, semoga para pembeli banyak datang.