bacaria.id, Batam – Krisis air bersih dikota Batam, masyarakat tanjung uncang membeli air dari lori Tanki air bersih. (18/4/23)
Upaya memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Tanjung Uncang pun harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air sebagai kebutuhan rumah tangga.
Siti Hajar, warga Sei binti RT 01 RW 019 kelurahan Tanjung Uncang, saat ditemui awak media ini dikediamannya menjelaskan, krisis akan air bersih dikarenakan kurangnya pendistribusian dan seringnya air mati di Sei Binti.
“Kita sekali beli air Rp.100 ribu, itu pun sekitar 2 Mingguan udah habis. Airnya pun keruh tapi terpaksa kita pakai,” tuturnya selasa (18/4/23)
Lebih lanjut ia menjelaskan, musholla yang mempunyai meteran air sendiri pun mati, bahkan ketika dihidupkan tidak ada air yang keluar. Namun, air yang tidak pernah dimanfaatkan masyarakat sering sekali mendapatkan tagihan bulanan dari pihak koperasi.
“Itu kan anginnya aja yang keluar, kita hidupin tapi tidak ada air nya, tapi setiap akhir bulan kita ditagih”, katanya dengan sedikit kesal.
Banyaknya keluhan masyarakat tentang pendistribusian air bersih pun dibenarkan oleh supir penjual air bersih.
“di perumahan putra jaya Tanjung Uncang banyak yang sudah marah-marah terkait air bersih” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, keluhan juga muncul dari saudara Fredericus masyarakat kampung Cunting RT 02 RW 01 kelurahan Tanjung uncang.
Saat ditemui awak media ini, ia mengungkapkan seringnya air mati hingga harus mandi ditempat lain.
“Sudah 4 hari mati air, jadi kami mandi di tempat lain seperti di tempat saudara atau bahkan membeli air bersih” pungkasnya Selasa (18/4/23
Sementara itu diwaktu yang berbeda, ketua RW 022 Putra Jaya Residence kelurahan tanjung uncang Ilham Jaya Kusuma Dolok saribu mengungkapkan, masalah air yang terjadi sudah sangat lama, bahkan sejak pendistribusian air oleh PT ATB.
“Kalau masalah air, sudah sejak jaman ATB dulu. Tapi lebih parah sekarang ini, sampai mati total dan solusi pun tidak ada,” katanya saat dimintai keterangan melalui telepon, Rabu (19/4/23)
Lebih lanjut katanya, sudah berbagai mediasi dan aksi dilakukan untuk pendistribusian air.
“Kemarin sudah pernah melakukan unjuk rasa di kantor BP Batam, kalo tidak salah hasil dari unjuk rasa itu kita diberi supply air tangki, tapi yang datang cuma 1 sampai 2 tangki jadi tidak memenuhi kebutuhan masyarakat,” tuturnya.
Ia menjelaskan, karena kurangnya supply air dari PT Moya, masyarakat harus membeli air dari lori tangki yang tidak diketahui berasal dari mana sumbernya sehingga ketika digunakan sering masyarakat mengalami gatal gatal.
“Kita sangat menyayangkan sebulan itu 450 ribu untuk bayar air tangki, lain lagi untuk bayar ke PT Moya,”keluhnya.
Menurut Ilham, jika PT Moya tidak sanggup mengatasi permasalahan pendistribusian air bersih, beritau kepada warga, bahkan memberikan pemberitahuan kepada pak Rudi selaku Ex Officio Kepala BP Batam.
“PT Moya selaku ambil alih dari PT ATB jika tidak sanggup bilang tidak sanggup, jika masalah itu tidak bisa diatasi, beritau pak Rudi selaku pimpinan BP Batam bawasannya PT Moya tidak sanggup, sehingga pak Rudi selaku walikota Batam dan kepala BP Batam tau mengambil tindakan jangan sampai masyarakat ini dibiarkan sengsara,” tutupnya.