Bacaria.id, Taput – Bagi kalangan masyarakat Tapanuli Utara era tahun 80-an, sosok “Homang” (Kemang) bukanlah sesuatu yang aneh didengar. Ada banyak peristiwa-peristiwa yang dapat dipercaya yang semakin membuat banyak orang semakin penasaran dengan keberadaan makhluk misterius ini. Benarkah “Homang” itu ada?, selanjutnya, siapakah mereka?.
Menurut cerita beberapa orang. Homang adalah makhluk bertubuh besar, mirip manusia/kera dengan rambut panjang, gigi tajam, mata merah dan hampir semua tubuhnya dipenuhi bulu-bulu. Biasanya tinggal di pedalaman hutan-hutan yang ada di Tapanuli. Homang tidak memiliki suara yang khas, namun sangat mahir dalam meniru suara manusia.
Sehingga bagi orang Tapanuli Utara, ketika ada saudara atau anggota keluarga ketinggalan di hutan, maka sangat dipantangkan memanggil nama yang bersangkutan. Sebab jika Homang mendengarnya, maka Homang juga akan ikut memanggil nama tersebut. Dan tentu si Homang berharap korban akan mendengar suaranya dan semakin mendekatinya, [homang,red]. Homang adalah makhluk pemakan tumbuhan dan daging yang ada di sekitarnya.
Satu hal yang paling membahayakan keberadaannya adalah bahwa homang dapat membuat makhluk disekitarnya lupa diri, bingung dan tersesat [semacam ilmu hipnotis]. Itulah sebabnya sampai sekarang jika orang Tapanuli hilang di hutan pasti di sebut “dililuhon homang” [disesatkan homang]. Keberadaan Homang memang tidak bisa dianggap sebagai dongeng belaka. Ada kisah yang dialami beberapa orang terkait dengan keberadaan Homang.
Kisah pertama, di tahun 1980-an [kisah dari seorang pengakuan pria tua, Op Parlin Sitompul [80], kelahiran 1943 warga Simangumban, (06/09) ketika ditemui Bacaria.id. Ia berangkat ke tombak [hutan] untuk mengambil haminjon [kemenyan].
Dia berangkat pada hari Selasa dan bermaksud akan pulang ke rumah di hari Sabtu sore beberapa hari berikutnya. Namun Op Parlin pada waktu itu masih berumur 18 tahun tidak pernah pulang sampai 2 tahun berikutnya. Semua anggota keluarga bolak balik keluar masuk hutan dimana Op Parlin biasanya mengambil haminjon, ( kemenyan).
Dan hasilnya nihil sampai anggota keluarganya memutuskan untuk tidak mencarinya. Namun 2 tahun berikutnya, Op Parlin secara mengejutkan warga kembali dengan kondisi yang sangat berbeda. Tubuh kurus, rambut panjang, sedikit stress, pakaian lusuh. Awalnya keluarga sangat takut, namun Op Parlin mulai bercerita tentang pengalamannya.
Dia awali ceritanya Rabu pagi-pagi buta, seseorang memanggil namanya ketika Op Parlin masih tertidur di sopo [pondok tempat istirahat di hutan]. Masih menurut Op Parlin, dia sangat yakin suara itu adalah suara temannya. Akhirnya Op Parlin terbangun dan segera keluar sopo. Dia mencari-cari asal suara, dan tanpa sadar Op Parlin semakin jauh dari soponya. Hingga dia merasa ada sesuatu yang aneh. Sesosok makhluk aneh dan sangar berada di depannya. Op Parlin seperti orang gila.
Tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menghabiskan waktunya di dalam sebuah lubang semacam mata air sedalam 2 meter yang kiri-kanannya banyak pohon-pohon besar. Sesekali makhluk aneh yang disebut Homang itu meninggalkannya dan kembali lagi membawakannya daging. Begitulah selama dua tahun kehidupannya.
Masih menurut Op Parlin, dia mendengar suara orang-orang ketika saudara-saudaranya mencarinya diawal dia tersesat. Namun, Op Parlin tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ketakutan karena si Homang tetap menjaganya.
Happy Endingnya, ketika si Homang pergi, Op Parlin memberanikan diri untuk kabur, dengan sisa-sisa tenaganya, dia berlari secepatnya mengikuti hati nuraninya. Hingga dia tiba disebuah perkampungan daerah Sipirok. Orang-orang di kampung itu sempat mengiranya orang gila. Namun Op Parlin tetap tidak peduli. Op Parlin hanya ingin segera sampai di rumahnya dan berkumpul bersama keluarganya. Op Parlin berjalan selama 3 hari tiga malam tanpa makan dan hanya minum hingga akhirnya dia sampai di rumahnya di Simangumban. Menurut Op Parlin, kisah ini sempat masuk Koran daerah Tapanuli pada tahun 1987.
Hal yang sama dialami keluarga Rahman Ritonga (70 ) warga Pangaribuan, Rahut Bodi, tapi sedikit berbeda. Namun tetap menceritakan tentang adanya Homang, meskipun agak sedikit kurang bisa dipercaya. Namun kisah ini benar terjadi dia alami. Ini terjadi tahun 2006. Pria 4 anak ini berangkat dengan anaknya paling besar bernama Ferdinan waktu itu anaknya berumur 23 tahun.
Namun hingga saat ini Ferdinan tidak pernah ditemukan. Bahkan tanda-tanda bahwa Ferdinan meninggalpun sampai sekarang juga tidak ada. Keluarga masih berharap Ferdinan masih akan kembali. Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk bertanya pada dukun ternama. Konon, menurut sang dukun. Ferdinan masih hidup. Dan tidak jauh dari daerah dimana dia biasanya bekerja mengambil haminjon, (kemenyan).
Masih menurut dukun, Ferdinan tinggal bersama makhluk besar, berambut panjang, bergigi tajam dan berbadan gelap. Ferdinan, katanya sangat bahagia disana. Bahkan dia bisa melihat setiap orang yang lewat dari sekitanya namun orang-orang tidak melihatnya.