Bacaria.id, Taput – Bangsa Indonesia merupakan orang yang sejak dahulu dikenal dengan eksistensi budaya ramah tamah dan sopan santunnya. Hal ini dapat di buktikan dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang selalu menyapa dan tersenyum saat berjumpa dengan orang lain.
Budaya tersebut tidak lepas dari pendidikan dan merupakan salah satu sasaran dari tercapainya tujuan pendidikan yang selama ini ada di Indonesia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir budaya keramahan dan sopan-santun di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda atau remaja yang cenderung kehilangan etika dan sopan santun terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua, guru bahkan terhadap orang tua.
Hal ini disampaikan pensiunan guru SD di Tarutung M Sinaga (75), saat ditemui Kamis (07/09), dimana siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seorang yang memberikan ilmu dan pengetahuan yang patut di hormati dan disegani.
Selain itu, perilaku kurang sopan ini diduga dipengaruhi oleh pergaulan siswa yang kurang terkontrol oleh orang tua, kurangnya bimbingan dari guru serta perilaku coba-coba dari siswa. “Ini terjadi kurangnya kontrol dari orang tua, serta kurangnya bimbingan dari guru,” ujarnya.
Selanjutnya arus informasi yang sangat pesat serta teknologi-teknologi canggih pada era globalisasi ini membawa perubahan perilaku pada kalangan remaja.
Seharusnya remaja yang masih menduduki bangku sekolah mempunyai perilaku yang positif, karena mereka masih dalam proses pendidikan dalam pembentukan karakter.
Pemerhati Pendidikan di Tapanuli Utara, Oscar Hutabarat, mengungkapkan, hilangnya sopan santun siswa ataupun anak, seiringan dengan adanya pengaruh tayangan televise, internet, majalah, gambar-gambar porno dan masih banyak lainnya yang sangat mudah diakses oleh remaja, memberikan dampak negatif pada perilaku remaja.
Terjadi siswa tidak sopan terhadap guru tentunya terjadi karena adanya beberapa faktor, baik dari faktor siswa atau dari guru yang merupakan faktor internal dan ada juga dari faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu, pengaruh perkembangan teknologi informasi, kebebasan informasi melalui media sosial dengan menggunakan laptop, tablet, bahkan dari handphone dapat mempengaruhi pikiran siswa dengan mudah dan cepat, modernisasi kultur.
Kebebasan mengakses internet membuat siswa bisa melihat budaya dari negara lain, baik budaya pakaian, pergaulan dan lain sebagainya. Yang secara tidak langsung dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa di saring terlebih dahulu terhadap budaya atau kebiasaan yang diambil.
Pergaulan bebas merupakan dampak dari modernisasi kultur yang tidak sesuai dengan adat istiadat atau kebiasaan di Indonesia. Hal ini akan menimbulkan sifat meniru budaya barat yang cenderung tidak ada ikatan adat istiadat yang telah berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dan diduga kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah, sebagian besar waktu anak dihabiskan dirumah atau dilingkungan keluarga, sehingga sikap orang tua yang tidak mencerminkan norma akan dengan mudah dapat ditiru oleh anak.
Dampak yang ditimbulkan, adapun dampak yang akan terjadi apabila guru dan siswa tidak selektif untuk menyikapi faktor terjadinya siswa tidak sopan terhadap guru adalah, siswa tidak hormat dan segan terhadap guru, siswa tidak akan mau di nasehati.
Siswa tidak akan mendengarkan apa yang telah dikatakan oleh seorang guru, siswa menganggap guru sebagai teman, bukan sebagai seorang panutan, siswa akan berani berkata kasar bahkan tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan kepada seorang guru.
Cara mengatasi siswa yang tidak sopan terhadap guru dapat dilakukan di sekolah melalui program yang dibuat. Sekolah dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penilaian secara afektif.
Peran guru memberi contoh penerapan perilaku sopan santun di depan siswa. Siswa dapat menjadikan guru sebagai model, dengan ini siswa dapat mudah meniru sehingga guru mudah menanamkan sikap sopan santun pada siswa.
Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan, dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan sekolah. Guru dapat selalu mengintegrasikan perilaku sopan santun dalam setiap mata pelajaran yang ada di sekolah.
Penerapan tentang karakter dapat diberikan guru melalui berbagai metode pembelajaran di kelas maupun dengan menyisipkan materi karakter di mata pelajaran yang diperoleh siswa.
“Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Terutama untuk siswa kelas tinggi yaitu dari kelas 4 sampai kelas 6” terang Oscar. Karna mereka sudah mulai mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti pepatah orang Batak, “Pantun Hangoluan, Tois Hamagoan ( Perlu sopan santun untuk bertahan hidup; sementara sombong akan membawa kepada celaka”.