Bacaria.id, Taput – Supir angkot di Tarutung mengeluhkan kelangkaan BBM jenis pertalite yang terjadi belakangan ini. Para supir terpaksa membeli Pertamax, meski membuat pendapatan menurun.
S Hutagalung (45), salah seorang supir angkot mengaku kebingungan akibat kosongnya Pertalite di SPBU di Tarutung. Pasalnya para sopir harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya BBM.
“Biasanya untuk bensin isi Rp 100 ribu, itu sudah cukup untuk beroperasi seharian. Tapi karena susah cari Pertalite, jadinya isi bensin minimalnya Rp 150 ribu per hari,” kata dia, (6/9/2023).
Menurutnya, jika ada SPBU yang masih ada stok, antreannya panjang. “Kalau antre, bisa lama. Sedangkan untuk sopir angkot time is money, waktu adalah uang. Karena kan harus cari penumpang, telat sedikit bisa diambil pengemudi lain,” kata dia.
Dia mengaku dengan sulitnya mencari Pertalite dan terpaksanya ia membeli Pertamax membuat pendapatannya menurun. Bahkan tidak jarang dia harus menombok pada pemilik angkot.
“Kalau normal dapat Pertalite, ke rumah bisa bawa uang Rp 60 ribu sampai Rp 100 ribu per hari. Tapi karena susah, jadinya di bawah Rp 50 ribu. Kadang tidak dapat uang, karena penumpang juga susah sekarang,” ucap dia.
Dia berharap pemerintah, terutama Pertamina bisa menyelesaikan masalah kelangkaan pertalite di Tarutung. Sehingga para supir angkot tidak terbebani dan kebingungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jangan sampai masyarakat kecil menjerit baru ada solusi, diharapkan secepatnya stok aman lagi. Pertalite tersedia setiap waktu lagi di semua SPBU,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Warga Tarutung mengeluhkan bahan bakar minyak jenis pertalite kini semakin sulit diperoleh di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Tarutung. Dari SPBU yang berada di Tarutung membuat tulisan SPBU jenis pertalite habis dan dalam pengiriman.
Kekosongan bahan bakar pertalite, diketahui mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00, (04/09) dan ini cukup mengganggu masyarakat pemilik kendaraan, baik roda dua dan roda tiga dan roda empat.
Salah seorang warga pemilik kendaraan roda dua, Jason Hutagalung, (04/09) mengeluh, karena ingin mengisi bahan bakar sepeda motornya dengan BBM jenis Pertalite harus berpikir dua kali, karena SPBU lagi memajang plank “Pertalite habis”. Kalau kondisi BBM jenis pertelite daerah Tarutung ini kerap terjadi kekosongan, masyarakat kecewa dan rugi karena tidak bisa beraktivitas untuk melaksanakan kegiatan karena kosongnya BBM jenis pertelite,” ungkapnya.
Nasib yang sama juga dirasakan sejumlah penarik becak bermotor yang tidak mendapatkan BBM jenis pertelite untuk bahan bakar becak bermotornya. Mereka berniat ingin mengisi BBM di SPBU, namun tenyata tidak ada alias kosong, sehingga menimbulkan kekecewaan dan rasa geram.
“Harapan kita para penarik beca bermotor agar pihak terkait turun kelapangan, melihat kondisi BBM jenis pertelite sering kosong di SPBU,”ungkap B Mantondang. Dia menjelaskan, butuh kesabaran kalau mau dapat BBM jenis pertalite untuk kendaraan becaknya. Menurut dia, sebenarnya ini sangat aneh, di SPBU-nya sulit. Tapi stok di pom mini dan kios kios pengecer BBM selalu ada terpajang di pinggir jalan Kota Tarutung.
“Sudah antrian panjang sampai dalam area SPBU. Kita hanya diberi tahu habis. Perlu diedukasi juga masyarakat ini agar tidak resah. Hal seperti ini dapat memicu emosi, karena diduga petugas pengendali dispenser atau nosel BBM ini, ada main dengan para pengetap. Pasalnya terpantau bukan asli petugas SPBU yang pegang selang nosel, melainkan para pengetap ini,” terang Matondang.
Ketika ditemui petugas pengendali pengisian BBM yang tidak mau disebutkan namannya, mengatakan bahwa BBM jenis Pertelite sering kosong akibat banyaknya para pengetap yang mengisi jeregen dari luar Tarutung. Sehingga BBM jenis pertelite kosong, harus menunggu lagi datang dari Sibolga. Saat ditanya mengapa para pengetap sering diduluankan, petugas pengendali BBM diam.