Bacaria.id, Humbahas – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meninjau lokasi bencana banjir bandang dan longsor ribuan batu gunung di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), pada Senin (04/12/2023).
Kepada sejumlah awak media, Suharyanto yang saat itu didampingi,Bupati Dosmar Banjarnahor dan anggota DPR RI Komisi VIII Delmeria Sikumbang mengatakan, bahwa kehadirannya di lokasi bencana merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo untuk melihat secara langsung dampak dari bencana banjir bandang dan longsor batu yang terjadi pada Jumat (01/12/2023) lalu.
“Saya diperintah bapak Presiden Joko Widodo langsung meninjau tempat terjadinya bencana banjir tanah longsor, pada hari Jumat (1/12/2023) malam lalu. BNPB bergerak cepat. Hari Minggu kami sudah di sini, dan sekarang saya datang ke sini. Tadi sudah melaksanakan rapat koordinasi memastikan kepada pemerintah daerah, bahwa negara hadir,” katanya.
Lebih lanjut, Suharyanto menjelaskan, dalam penanganan bencana alam itu, Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama 2 minggu. Dia juga merasa senang, karena penanganan di daerah sudah berjalan dengan bagus.
“Kerjasama antara TNI/Polri, Basarnas dan pemerintah daerah, semuanya turun ke lapangan. Dan memang kalau kita lihat, dampak dari bencana ini tidak mudah penanganan tanggap darurat, karena tenaga manusia seolah-olah tidak ada artinya. Karena kalau kita lihat batu-batu besar, sehingga kita maksimalkan dikerahkan alat berat per hari ini ada 14 alat berat untuk membuka jalan, dan sudah terbuka,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan, saat ini masih ada 10 korban hilang yang belum ditemukan, dan masih terus dilakukan pencarian hingga satu minggu ke depan.
“Memang ada 10 warga masyarakat terdampak yang masih dicari. Ini golden time nya ada seminggu. Tadi kita sudah rapat koordinasi, TNI/Polri, Basarnas, relawan dan semua yang terlibat mencari sampai ketemu. Kalau nanti seandainya sudah seminggu (tidak ditemukan) kita akan koordinasi lagi, apakah masih dilanjutkan lagi atau tidak. Tapi paling tidak, bahwa masyarakat yang hilang ini bisa ditemukan semua,” ungkapnya.
Selain mencari para korban hilang, BNPB juga memberikan bantuan yang dibutuhkan terkait dengan anggaran operasional, perlengkapan, sembako dan setelah tanggap darurat selesai, juga akan membantu pada saat tahap rehabilitasi rekonstruksi.
“Jadi rencana pak bupati, masyarakat yang ada di sini akan dipindahkan. Karena kejadian serupa pernah terjadi di tahun 1972. Nah tentu saja, pak bupati akan menyiapkan lahannya, nanti pemerintah pusat lewat BNPB akan membangun rumah-rumah bagi masyarakat yang terdampak. Intinya, ini untuk tanggap darurat, negara diyakinkan hadir, dan masyarakat terdampak tidak semakin menderita,” katanya.
Ditambahkannya, untuk menghindari kejadian yang sama tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya, setelah tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi jangka pendek selesai dilakukan, selanjutnya pihak terkait akan mengatasi kondisi perbukitan persis di atas Desa Simangulampe yang merupakan sumber banjir bandang dan tanah longsor.
“Kita akan memikirkan atau mengatasi bagaimana (kondisi) di atas perbukitan. Mungkin (saja) di atas sudah perlu penanaman pohon kembali atau perlu penguatan, atau masyarakat dipindahkan, itu akan kita kerjakan,” tukasnya.
Ketika disinggung, apakah penyebab banjir bandang itu ada kaitannya dengan aksi penebangan kayu di atas perbukitan Desa Simangulampe ?, mantan Pangdam V Brawijaya itu mengaku belum bisa memastikannya.
“Secara detail kami tidak bisa (memastikan penyebab banjir) saat ini, kami juga sudah koordinasi. Nanti juga dari Badan Geologi dari pusat juga akan datang. Apakah ini hanya gara-gara hujan, atau akibat-akibat lain. Sehingga kalau lihat batu-batu sebesar gini bisa turun ke bawah, atau daya dukung lingkungan di atas sudah tidak bisa mendukung (gundul karena ditebangi) lagi. Nah itu nanti yang akan kita petakan. Jadi saya ulangi lagi, kita cari solusinya, jangan sampai kejadian serupa sampai terulang lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor mengatakan, guna memastikan informasi adanya penebangan kayu di atas bukit Desa Simangulampe persisnya di Desa Habeahan, Kecamatan Lintongnihuta, dia bersama Camat Lintongnihuta, dan Kades Habeahan turun ke lokasi, dan menemukan adanya bekas aktifitas penebangan kayu yang diduga sebagai penyebab terjadinya banjir bandang di Simangulampe.
“Tadi saya sudah ke lokasi bersama camat dan kepala desa. Memang jelas, ada penebangan (kayu). Apalagi berdasarkan penelitian Dinas Lingkungan Hidup, diperkirakan berada di titik kawasan hutan lindung. Polisi lagi melakukan penyelidikan. Kita tunggu saja, hasil penyelidikan mereka. Ada sekitar 4 hektar penebangan di situ. Pak polisi sudah turun ke lapangan. Kayu-kayu dari lokasi sudah diangkut dari lokasi penebangan. Ada jejak alat berat milik masyarakat,” kata Dosmar.
Sebelumnya telah disampaikan, bahwa kabar duka kembali melanda Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas. Dimana sebelum nya banjir bandang akibat luapan air sungai yang mengakibatkan tanggul jebol dan merusak puluhan hektar lahan pertanian. Kali ini banjir bandang disertai longsor batu bercampur lumpur meratakan sebagian besar Desa Simangumpe dengan bebatuan, pada Jumat kemarin (01/12/2023), sekira pukul 21.30 WIB.
Akibat peristiwa itu, 2 orang telah ditemukan meninggal dunia atas nama Lian Lubis (19), warga Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, dan Op. Eva Sinambela (75), warga Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas. Sementara sisanya 10 orang lagi masih hilang dan dalam tahap pencarian.
Selain menelan korban jiwa, banjir bandang dan longsor bebatuan berukuran besar itu juga merusak puluhan unit rumah warga, 1 unit rumah ibadah, 1 unit sekolah, 1 unit asrama hotel, makam, dan beberapa hektar lahan pertanian milik warga.