bacaria.id, Aek Nabara – Secara umum, masyarakat Dusun Gunung Selamat Desa Gunung Selamat tidak ada yang berbeda dalam menyikapi eksistensi Tarekat. Karena, kultur masyarakatnya masih menjujung tinggi nilai-nilai toleransi beragama, serta masyarakat Gunung Selamat banyak yang mengikuti tarekat.
Dalam tarekat yang difokuskan tidak hanya akhiratnya saja, tetapi nilai-nilai sosialnya juga tinggi, mampu melakukan hubungan baik dengan orang lain.
Salah satu orang yang berperan dalam mengajarkan ilmu Tarekat di Gunung Selamat adalah Syekh Ibrahim Dalimunthe yang dikenal oleh masyarakat Gunung Selamat sebagai Tuan Guru Besar.
Beliau lahir tahun 1882 di Desa Gunting Bange Titi Aloban Distrik Bilah Hulu Labuhan Batu. Ayahnya bernama Japardangas dan ibunya bernama Aminah Gunting Bange.
Tuan Guru Gunung Selamat merupakan seorang yang zuhud (meninggalkan keduniawian). Semasa hidupnya, beliau
dikenal sebagai seorang waliyullah (wali Allah) yang memiliki kelebihan. Pada masa kecilnya, Syekh Ibrahim Dalimunthe sudah terlihat memiliki adanya tanda-tanda, bahwa kelak beliau akan menjadi seseorang yang memiliki keistimewaan dalam Agama.
Hal ini dapat diketahui bahwa sejak usia dini beliau sudah rajin belajar Agama. Kepada guru-guru yang berada dikampung halamannya, dan setiap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya selalu diperhatikannya dan dipahami dengan baik-baik lalu diamalkannya dengan sikap yang sungguh-sungguh. Syekh Ibrahim Dalimunthe juga dikenal sebagai murid yang sangat patuh terhadap gurunya.
Pada tahun 1896, dengan usianya yang sudah 14 tahun, Tuan Guru Syech Ibrahim Dalimunthe pergi untuk menggali ilmu keluar daerah.
Daerah yang menjadi tempat Tuan Guru Syekh Ibrahim Dalimunthe untuk menuntut ilmu bernama Basilam.
Tuan Guru Syekh Ibrahim Dalimunthe berkhadam dan belajar dengan Tuan Guru Besar Basilam yang pertama, yang bernama Almarhum Tuan Guru Besar Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babusalam. Syekh Ibrahim merupakan seorang ulama dan pemimpin tarekat Naqsyahbandiyah.
Perjalanan Almarhum Tuan guru Syekh Ibrahim Dalimunthe dalam menuntut ilmu Agama Islam, khususnya dalam Ilmu Tarekat Annaqsyahbandiyah sangatp panjang dan penuh perjuangan dalam mengahadapi banyaknya hambatan dan
rintangan.
Tuan Guru juga sangat tekun dalam dalam menuntut ilmu agar mendapatkan banyak pengetahuan, mulai dari belajar ilmu fiqih, Ilmu tasawuf, Ilmu Tarekat, Ilmu Hakikat Syari’at dan Ilmu Ma’rifat, kemudian adanya juga pengalaman Tuan Guru yaitu menjadi nazir masjid.
Setelah Tuan Guru menuntut ilmu dari beberapa wilayah dengan sekitar waktu 11 tahun, kemudian Tuan Guru berusaha untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang diperoleh dengan cara membuka tempat persulukan untuk orang-orang yang ingin belajar Agama lebih dalam khususnya Ilmu Tarekat Annaqsyahbandiyah.
Bentuk pengajaran ilmu tarekat Annaqsyahbandiyah menekankan praktek ibadah dan berdzikir secara bersama untuk tujuan tertentu tanpa adanya paksaan di dalamnya.
Peran Almarhum Syekh Ibrahim Dalimunthe dalam mengajarkan ilmu Tarekat berawal dari Almarhum membuka Rumah Persulukan untuk orang-orang yang ingin bersuluk, selain itu Almarhum juga menjadi imam di Masjid, memberi siraman rohani setelah selesai sholat Subuh, dan menjadi pembawa dzikir saat ada pengajian-pengajian.
Perannya juga sebagai seorang guru Tarekat Annaqsyahbandi dalam membimbing murid-muridnya yang terbatas dengan kondisinya, Almarhum membimbingnya dengan menggunakan dua metode pengajarannya yaitu metode ceramah dan metode demontrasi.